Konsorsium PTPK merupakan hasil kerja sama antara Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan perguruan tinggi dalam menghadapi berbagai permasalahan kependudukan di Indonesia, dengan tujuan mendukung pembangunan berkelanjutan 2030 dan Indonesia Emas 2045. Ketiga belas perguruan tinggi yang terlibat dalam konsorsium ini meliputi Universitas Sebelas Maret, Universitas Hasanuddin, Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Udayana, Universitas Negeri Padang, dan Universitas Tadulako.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam, menyatakan bahwa perguruan tinggi memiliki peran vital dalam mengintegrasikan berbagai program yang dapat berdampak pada masyarakat, termasuk program kependudukan. Perguruan tinggi dianggap sebagai simpul yang menyatukan berbagai program tersebut untuk mencapai sinergi dan dampak yang luas, khususnya dalam memperkuat bidang kependudukan. Nizam menambahkan bahwa perguruan tinggi sejauh ini telah memberikan kontribusi nyata dalam membantu pemerintah mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia melalui semangat dan program-program seperti Kampus Merdeka, kemitraan riset dan pengembangan seperti Kedaireka dan Matching Fund.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, menjelaskan bahwa peluncuran Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan sumber daya manusia dalam mencapai Indonesia Emas 2045. BKKBN saat ini sedang fokus pada penurunan angka stunting dan persiapan menghadapi bonus demografi di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan peran aktif perguruan tinggi dalam menyukseskan program melalui pelaksanaan KKN dan magang dengan fokus pada tematik stunting dan bonus demografi.
Para pejabat pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam mencapai penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskinan. Melalui penelitian yang difokuskan pada tridarma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dapat mengidentifikasi akar permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem serta menyusun strategi efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membantu pemerintah melaksanakan program-program yang mendukung penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem melalui kajian dan inovasi. Melalui Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan, perguruan tinggi dapat berkontribusi secara nyata melalui program-program seperti KKN Tematik dan program kemanusiaan lapangan, yang memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan angka stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrem.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Satya Sananugraha, berharap perguruan tinggi dapat membantu pembangunan berwawasan kependudukan melalui kegiatan pembuktian, pengembangan, pengabdian, dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa. Satya berharap bahwa perguruan tinggi dapat mendukung upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 serta mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan 2030 dan pembangunan kependudukan melalui sinergi dengan semua komponen bangsa lainnya.
Sumber : Humas Ditjen Diktiristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
No comments:
Post a Comment