Notification

×

Iklan

Iklan

Ivy Violan Lawalata: Mencermati Stigma dan Budaya Lokal “Ale Rasa Beta Rasa” Dalam Upaya Pengendalian Tuberkulosis di Kota Ambon

| Thursday, April 25, 2024 WIB Last Updated 2024-04-25T13:24:36Z

 

Pengantar

Indonesia menetapkan target eliminasi TBC pada tahun 2030, hal ini mendorong setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk wajib mengendalikan penularan TBC di Masyarakat sebagai bagian dari upaya percepatan eliminasi. Demikian pula Kota Ambon, berbagai upaya pengendalian TBC terus dilakukan, namun salah satu faktor yang masih menjadi masalah di Masyarakat adalah faktor stigma, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian survei crossectional yang dilakukan oleh Pusat Penyakit Tropis Universitas Gadjah Mada Tahun 2023 pada enam (6) Kota di Indonesia salah satunya adalah Kota Ambon, terhadap 1048 penderita TBC di temukan bahwa 7,4% peserta merasa bahwa masyarakat memandang rendah keluarga mereka karena TBC, 10,4% peserta merasa bahwa orang lain meremehkan meraka karena TBC, 17,2% peserta merasa bahwa mereka dapat kehilangan pekerjaan meraka karena TBC serta 20,7% peserta setuju bahwa mereka merasa kurang percaya diri karena TBC (INA-TIME - Ahmad Fuady)

Menurut Rudolf Virchow, 1884 mengatakan bahwa “tuberculosis is a social disease”, TBC merupakan penyakit sosial, dengan mencermati stigma bagi penderita TBC masih menjadi masalah hingga sekarang, maka sangat perlu membutuhkan suatu pendekatan sosial (sosial approach) sebagai upaya preventif, salah satu bentuknya dengan memanfaatkan budaya yang ada pada masyarakat dan bersifat lokal (local winsdow). Budaya “Ale Rasa Beta Rasa” (kamu rasa saya rasa) merupakan kearifan lokal masyarakat Maluku (Kadir, 2012), demikian pula Kota Ambon, memiliki rasa yang muncul sebagai suatu kesadaran senasib, sepenanggungan, solidaritas, kesetiakawanan, dan tolong - menolong untuk mencapai kebahagiaan hidup bersama, “Ale Rasa Beta Rasa” juga merupakan suatu upaya membangun karakter masyarakat Maluku yang harmonis, rukun, dan tidak bersifat individualistis, walaupun memiliki perberbeda identitas namun tetap satu latar depan bernama persaudaraan, Budaya “Ale Rasa Beta Rasa” diyakini dapat menjadi social support bagi upaya pengendalian TBC di Kota Ambon.

Mencermati stigma bagi penderita TBC selama pengobatan masih menjadi masalah dalam upaya pengendalian TB di Kota Ambon, maka hal ini perlu mendapat perhatian, demikian pula pemanfaatan terhadap budaya lokal sebagai social support menjadi sangat penting, budaya lokal Ale Rasa Beta Rasa yang dimiliki oleh masyarakat Kota Ambon merupakan suatu modal sosial yang dapat dimanfaatkan guna mengingkatkan rasa kebersamaan dan gotong royong dalam mencegah dan mengendalikan penyakit TBC di Kota Ambon.

 

Implikasi Bagi Pengendalian TBC

Implikasi terhadap pengendalian TBC dijelaskan sebagai berikut :

  1. Stigma yang negatif terhadap penderita TBC dapat menjadi faktor risiko yang sangat buruk dalam mendorong individu atau keluarga untuk mengambil keputusan memanfaatkan layanan kesehatan (puskesmas) untuk mendapatkan pengobatan. stigma yang dimaksud terkait dengan masyarakat memandang rendah keluarga penderita TBC, masyarakat meremehkan penderita TBC, penderita merasa bahwa mereka dapat kehilangan pekerjaan karena penyakit yang diderita dan kurangnya kepercaya diri dari penderita TBC. Adanya dukungan dari masyarakat menjadi modal sosial yang penting bagi penderita dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dan menjalangkan proses pengobatan.
  2. Budaya menjadi media yang sangat efektif guna mendorong individu, keluarga dan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk dapat bersama – sama mengendalikan penyakit. Budaya yang dimaksud terkait dengan keberadaan kearifan lokal masyarakat Ambon yaitu Ale Rasa Beta Rasa. Budaya lokal ini memberikan dukungan sosial yang difokuskan pada pengendalian stigma bagi penderita dan keluarga penderita TBC. Hal ini menunjukkan bahwa Budaya Ale Rasa Beta Rasa yang dimiliki oleh masyarakat Ambon dapat menjadi entry point yang baik, selain itu juga menjadi modal sosial, untuk mendorong penderita TBC meningkatkan motivasi berobat, dan menjadi kekuatan moril ihwal yang efektif bagi penderita dan keluarga dalam upaya pengendalian TBC. 

 

Rekomendasi

Berdasarkan uraian diatas, disampaikan rekomendasi sebagai berikut :

  1. Pemerintah Kota Ambon melalui Dinas Kesehatan perlu mengendalikan stigma terhadap penderita dan keluarga melalui kerjasama lintas sektor serta membentuk kelompok relawan yang melibatkan anak muda dan mantan penderita (penyintas TBC).
  2. Pemerintah Kota Ambon melalui Dinas Kesehatan perlu menerapkan pengendalian TBC di Kota Ambon dengan memanfaatkan budaya lokal Ale Rasa Beta Rasa dengan melibatkan semua elemen masyarakat sebagai modal sosial.   

 

  Daftar Pustaka
  1.  “2. INA-TIME - Ahmad Fuady.Pdf.” 
  2. Dirjen P2P. 2020. 1 Kemenkes RI Petunjuk Teknis Pendampingan Pasien TBC Reisten Obat Oleh Komunitas. 
  3. Kadir, Hatib Abdul, 2012. “Lima Orang ‘ Ambon ’ Pasca Konflik.” 1(1): 61–75.
     

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update